Friday, September 30, 2005

BBM lagi - Sistem Transportasi

Original Message -----
From: Dicky Prasetia
To: http://us.f532.mail.yahoo.com/ym/Compose?To=BigAccounting90-UA@yahoogroups.com
Sent: Friday, September 30, 2005 8:53 AM
Subject: Re: [Big Accounting '90 UA] bbm


hehehe, top ancene arek2 iki ...
nek aku menempatkan diri dalam posisi "memahami" kebijakan pemerintah mengenai perlunya kenaikan harga bbm. Tapi tentunya kompensasi pencabutan subsidi tersebut harus dilakukan dan diawasi bersama2. Penegakan hukum mengenai penyalahgunaan kompensasi harus benar2 dan ancaman hukuman seumur hidup/mati perlu diundangkan. Iki sing paling penting ... Bayangkan mereka (penyelundup, penilep, dll) itu menari2 di atas teriakan wong2 cilik.

Dalam 2 hari ini, mahasiswa Jakarta/kota2 besar rame demo. Dadine macet tur ruwet. Mugo2 mahasiswa2 atau orang2 yang ikut demo itu benar2 tau apa yang mereka perjuangkan, bukan sekedar ikut2an apalagi dibayar. Kalau mereka punya solusi lebih baik, mending kirim surat langsung nang SBY timbang muter2 kota terus bengok2. Dadine nang endi2 macet terus pemborosan BBM besar2an :-)

Omong2 pemborosan BBM, ancene traffic Jakarta wis parah banget. Dhisik, nek aku budhal teko omah jam 5.45 (maklum omah nang kampung, 40 km one way) iso teko kantor sekitar jam 6.30-6.35. Tapi saiki, gak mungkin. Minimal 1 jam 5 menit. Dadine aku terpaksa budhal luwih isuk (5.30) timbang kena macet.
Lha, mobil tambah akeh. Nek budhal jam 7.00, antrian arep metu Tomang iso 6-7 km. Bayangno pemborosane ...
IMHO, kebijakan lalu lintas yang dikeluarkan tidak terintegrasi dan komprehensip. Busway ... dari hasil survey ternyata baru memindahkan penumpang bis umum, bukan memindahkan penumpang mobil pribadi. Three-In-One .... hanya memindahkan kemacetan ke jalur lain dan menimbulkan fenomena baru yang disebut joki. Pembangunan "under-pass" .... malah gawe macet, soale malah dadi "bottle neck".

Nek jareku:
1) Perbaikan sistem angkutan umum: Ini harus dihandle di level yang lebih tinggi dari Gubernur. Pada kasus seperti Jakarta, dimana banyak komuter yang berasal dari kota2 pendukung (Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok) jelas2 kebijakan mengenai sistem angkutan harus dilakukan secara terintegrasi. Busway menjadi kurang efektif karena belum menjangkau komuter2 tersebut, padahal mungkin kontribusi mereka terhadap kemacetan mungkin signifikan. Feeder2 Busway harus lebih banyak dengan harga terjangkau dan fasilitas yang memadai (aman dan nyaman).
2) Pajak Kendaraan Bermotor harus Progressif untuk mobil/sepeda motor, kedua, ketiga dst. Syaratnya tentu yang no.1 di atas harus ada dulu.
3) Saya kok setuju pembatasan tahun kendaraan, dengan catatan yang no. 1 sudah ada.
4) Oya, sekarang penyebab kemacetan dalam kota Jakarta adalah sepeda motor! Bayangkan, dengan uang Rp 700 ribu kita sudah bisa bawa pulang sepeda motor. Jadinya, jumlah pemakai sepeda motor meningkat drastis sementara yang benar2 punya "etika" dalam berkendaraan mungkin hanya sepersepuluhnya.
5) Simple, Kita2 ini harus sering2 naik kendaraan umum atau ngompreng. Tujuannya untuk mengurangi jumlah mobil yang beredar dan tentu mengurangi pemborosan bbm.

Nek aku, saiki menerapkan 2-3 maksud'e 2 hari bawa mobil, 3 hari naik shuttle bus ke Jakarta. Enak tinggal numpak, bayar terus turu ... tau2 wis tekan. Efektif ngurangi stress dan awak luwih fit :-)

Nek awakmu ....?

salam,

No comments: