Thursday, August 17, 2006

MERDEKA!!!

Selamat ulang tahun Indonesiaku ....

Monday, July 17, 2006

SUPERMAN RETURNS 2006: MY VIEW




Meski bukan Superman freak, malem minggu kemaren akhirnya tersempatkan untuk nonton film yang ditunggu-tunggu: yep, Superman Returns! Penasaran banget pengen liat seperti apa film garapan Bryan Singer (X-Men 1 & 2) ini bila dibandingkan dengan Batman yang sudah return tahun lalu atau film super hero lainnya: X-Men 3: The Last Stand, misalnya. Konon, Bryan Singer lebih tertarik dengan project Superman Return ini daripada menggarap X-Men 3 sehingga secara kebetulan dia ‘bertukar tempat’ dengan Brett Ratner (sutradara X-Men 3) yang sebelumnya dipercaya menggarap project kembalinya si manusia baja ini.

Superman – the movie pertama kali muncul di layar lebar tahun 1978 hasil besutan sutradara Richard Donner yang memperkenalkan Christopher Reeve sebagai Superman. Sebelumnya, versi televisi telah muncul di era 1951-1957 diperankan oleh George Reeves.

Pakem


Kesan pertama, Bryan Singer sepertinya tidak ingin merubah ‘pakem’ yang sudah ada pada film-film Superman terdahulu. Theme song dan crystal font (saat opening title) tetap dipertahankan, hanya diperbaharui dengan sentuhan modern. Untuk kostum, overall lebih bagus dari yang dulu;
perubahan terlihat pada bahan yang dipakai –sayapnya dari kulit, euy! Kota Metropolis diset jadi kota modern –mesti ngga futuristik, seperti penggambaran Gotham di Batman Returns. Smallville ngga banyak diceritakan, hanya muncul di awal film saat Superman balik ke bumi. Itupun cuma rumah Martha Kent dan ladang2 Smallville.

Special Efek? Kalau boleh jujur, jangan berharap banyak! Terbang secepat angin, sinar mata laser, tiupan es, kebal peluru, atau angkat-angkat pesawat … bukannya dulu juga sudah ada. No breakthru, kok! Sam Raimi –sutradara Spiderman- IMHO malah lebih berhasil melukiskan gerakan
melenting-lenting Spiderman di antara Skyscraper!

Superman diperankan oleh Brandon James Routh -yang konon seorang Superman freak dan pernah menang kontes Helloween di mana saat itu dia pakai kostum Superman- memang punya face yang ‘senada’ dengan Christopher Reeve. Mirip!

Lex Luthor diperankan oleh Kevin Spacey. Sekilas IMHO penggambaran karakternya dibuat mirip dengan Lex Luthor pas jaman Gene Hackman dulu. Pas!

Lois Lane diperankan Kate Bosworth, nah yang ini penggambaran karakternya beda dengan Lois Lane jaman Margot Kidder dulu! Mungkin karena digambarkan sudah punya anak dan boyfried –istilahnya pro-longed engagement ;-) sehingga memang jadinya beda banget.

Cerita Singkat
(warning: buat yang belum nonton silakan skip this part)

…….
Dilukiskan si manusia baja kembali ke bumi setelah 5 tahun menghilang secara misterius. Lois Lane telah menjadi ibu, sementara musuh abadinya Lex Luthor terpaksa dibebaskan dari hukuman karena Superman tidak hadir di sidang pengadilan.

Cerita lebih berkisar tentang pergulatan perasaan Superman terhadap Lois Lane, dan juga sebaliknya. Dan tentu saja dibumbui perjuangan Superman untuk menggagalkan ide gila Lex Luthor yang berusaha menghadirkan replika Krypton di bumi.

Ada kejutan kecil … which I don’t like the idea of it, yang ngga seru kalau diceritakan di sini.


Dari segi cerita kepahlawanan, satu hal yang amat mengganjal adalah IMHO, adegan aertarungan/pembalasan Superman ke Lex Luthor mestinya diceritakan dan perlu dibuat dramatis –seperti misalnya pertarungan hidup mati Obi Wan dan Anakin Skywalker di Star Wars, atau pertarungan Spiderman dengan Dr. Oct. Penonton kan menunggu itu … sesuatu yang membuat penonton berdiri dan tepuk tangan saat jagoannya menang!

Kesimpulan

Seperti juga Spiderman dan Batman, Superman juga digambarkan lebih ‘manusiawi’ …. Bisa jatuh cinta, patah hati, kesepian dan juga hampir mati. Tapi selain sisi kemanusiaan yang berhasil diangkat oleh Bryan Singer, sisi dramatisasi heroisme-nya kurang berhasil digarap. Hei, jangan lupa … kita kan nonton film Superman!

Secara keseluruhan, film ini masih layak tonton. Meski belum 5 bintang! Jadi penasaran, kira2 Superman seperti apa kalau sutradaranya jadi Quentine Tarantino

Thursday, June 22, 2006

PENDIDIKAN INDONESIA, MAU KEMANA?

Nonton berita di TV dan baca media massa dua hari ini bener2 prihatin. Tingkat kelulusan peserta UAN memprihatinkan,Juara kelas yang sudah diterima via PMDK di PT bergensi ikut ngga lulus. Di Kalimantan, malah ada yang bunuh diri karena ngga kuat nanggung beban mental.

Gara-garanya sistem penilaian kelulusan diubah. Murni dari hasil UAN, rata-rata total nilai dari yang diujikan harus lebih dari 4.5 -kalau ngga salah. Jadi, meski dari kelas 1 sampai kelas 3 dapat rangking 1, tapi kalau pas malam ujian kebanyakan gaul atau harus nunggu keluarga sakit atau rumah lampu mati ... dan besoknya ujian gak konsen dan akibatnya 'fail' ya ... apa boleh buat, ngulang Jack!!!

Apa yang Salah ya?
Mungkin sebagian orang menjawabnya: semuanya SALAH!!! :-)

Saya berusaha memahami logika berpikir si pembuat keputusan yang maha penting ini. Mungkin pemicunya. kekuatiran terhadap standarisasi mutu pendidikan yang tidak merata, performance indikator sekolah dimana tingkat kelulusan dijadikan barometer sebuah sekolah dikatakan ok atau enggak -sehingga sekolah mengorbankan kualitas lulusannya demi mencapai itu. Di kampus juga ada. Oh, come On, masih ingat istilah "penggelontoran" ??? Itu ... angkatan-angkatan tua yang ngga lulus2 di'paksa' ambil skripsi dan maju ujian, terus standar kelulusan diturunkan. Asal bisa jawab dan ngga malu2in, lulus!!! Sounds familiar ya??? :-)

Jujur, dulu, pas saya SMA saya juga ngga terlalu peduli sama ujian akhir. Asumsi pasti luluslah ... fokus sama UMPTN aja.

Mungkin si pembuat keputusan berpikir dengan adanya standar soal nasional, maka kualitas pendidikan bisa paling tidak diseragamkan. Mirip2 sertifikasi gitu. Gak lulus ya ngulang. Tahun pertama pasti banyak korban, tapi setelah berjalan bertahun-tahun, setiap siswa akan mempersiapkan sebaik-baiknya menghadapi ujian. Sehingga tingkat kelulusan jadi lebih baik dan otomatis kualitas pendidikan pun terjaga. Everybody is happy! Itu benar,.. kalau bukan anak Anda atau saudara Anda yang jadi korban :-)

Gak tau ya, saya sih ngga pernah ngicipi sekolah di luar. jadi saya berkomentar seperti ini dengan "mode-kemeruh" aja :-) Tapi menurut saya ada beberapa hal yang perlu dilihat sebagai faktor kegagalan konsep ini -paling tidak tahun ini:

1. Kurikulum ngga ikut diubah.
Lha, kalau memang yang diujikan nasional (berarti standar nasional) hanya Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Matematika harusnya sejak awal di pendidikan dasar ya hanya itu yang difokuskan. Ngga usah repot2 ngulang pelajaran PMP, Agama, Bahasa Daerah, dll. yang ngabisin banyak waktu ! Terlalu banyak yang harus dipelajari, mana bisa fokus sama kompetensi!

2. Kurang banyak guru berkualitas.
Waktu saya dengar sistem pendidikan berbasis kompetensi akan diterapkan, sejak awal saya pesimis. Apa siap tuh guru-gurunya? Mudah-mudahan saya salah, tapi sebagian (bukan semua lho) orang menjatuhkan pilihan menjadi guru setelah tidak ada (baca=tidak bisa) pilihan lain.

3. Gaji guru terlalu kecil, padahal biaya pendidikan mahal.
Terkait dengan nomor 2, sedikit orang pinter yang mau jadi guru ya karena profesinya ngga menjanjikan. Isinya full pengabdian. Mana bisa makan? Furthermore, sedikit guru pinter yang mau ngajar ke luar jawa. Akibatnya, gap pendidikan makin jauh.

4. Pengawasan sekolah kurang banget.
Mendapatkan pendidikan murah adalah hak warga negara, tanpa terkecuali. Sehingga memang kesempatan untuk menyelenggarakan pendidikan non subsidi (baca: swasta) harus dibuka lebar, tapi harus diawasi. Rahasia umum, sekolah2 swasta hanya jadi second job dari guru-guru negeri. Akibatnya, kualitasnya jadi macem2. Pengawasan kualitasnya kurang. Harusnya ada dewan pengawas sekolah yang setiap hari turun ke lapangan. Sidak aja ... kalau sekolah ngga siap, tutup aja!

Kesimpulannya:
Masih jauh, Pak Dibyo! Kalau boleh usul, diubahnya dari ujung, jangan cuma akhirnya aja. Ya gini ... kasian adik2 yang jadi korban. Mulai dari playgroup dulu :-)

Sunday, June 11, 2006

KENAPA TAKUT PAKAI LINUX?

Di Indonesia, belakangan ini linux sudah semakin sering 'terlihat' sebagai operating system yang mulai banyak dipakai dibanding dengan -say- 2 tahun lalu. Pemicunya apa lagi kalau bukan implementasi UU HAKI ... ! Ya, UU ini punya pisau bermata dua bagi vendor-vendor software proprietary seperti Microsoft. Di samping bisa secara drastis meningkatkan US $ masuk ke kantong mereka, tapi di saat bersamaan, dalam jangka panjang -IMHO- bisa mengurangi pasarnya. Coba lihat saja, di carefour misalnya, sekarang notebook ditawarkan dengan 2 pilihan operating systems: Windows XP dan Linux. Beda harganya bisa sampai Rp 1,5 juta ! Tinggal sekarang apakah kita sebagai konsumen dan pengguna bersedia mengkompensasi uang sejumlah segitu dengan meng-adjust kebiasaan kita "dimanja" oleh what so called "ke-user friendly-an" software-software keluaran Microsoft!

Pilih-pilih Distro

Banyak distro (baca: distribusi) Linux yang ada di pasaran, seperti Red Hat, Suse, Mandrake, Knoppix, Mephis, dll. Mana yang lebih unggul menjadi perdebatan klasik yang tidak akan pernah berhenti di milis2 komunitas Linux. Gw sendiri mencoba untuk instalasi distro Red Hat 9 dan Mandrake 10.0 untuk server experiment di kantor dan akhirnya memutuskan untuk memakai Mandrake 10 (untuk server experiment di kantor sekaligus di pc gw di rumah), dengan alasan paling mudah (bagi gw yang 100% user Microsoft) dari segi instalasi, kemudahan pendeteksian hardware, instalasi new software dan user interface yang keren! Saat menggunakan Red Hat 9, gw harus spent 2 hari hanya untuk mendeteksi usb flash disk gw :-( (Dasar Windows user! ), tapi dengan Mandrake 10 begitu "colok" usb tersebut langsung ter-mount dan nongol di layar !! Hebat ngga ??? Begitu juga dengan instalasi software baru. Mandrake sudah menyediakan menu khusus (wizard) untuk instalasi software yang berbasis .rpm. Mudah sekali ... Meski apabila kita ingin melakukan instalasi via console dengan command2 unix seperti "./configure", dll masih dimungkinkan.

Belakangan gw coba2 distro lain melalui live CD mereka seperti Mephis dan Knoppix. Kesan umumnya sama: instalasi relatif mudah, hardware langsung terdeteksi dan user interface (baik KDE maupun GNOME)relatif mudah dipergunakan oleh windows user. Sebagian malah sudah juga menyediakan Open Office untuk alternatif pengganti Microsoft Office.

I think this is what linux community should do for a Windows user like me !

Beberapa rekan merekomendasikan untuk mencoba versi Fedora Core ataupun Mandriva yang sudah makin user friendly -katanya. Ntar lah .... One thing at a time :-)


Mandrake 10: NEXT EXPLORATION

CD Mandrake 10 (6 CD) sudah menyediakan paket-paket yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang diperlukan baik oleh server ataupun sekedar workstation. Di server experiment, saat ini gw pasang web server (lamp -linux, apache, mysql dan php) dan samba server. Both works fine !!!

Web Server

Untuk melengkapi intranet 'lamp' gw, Mambo CMS 4.5.2 (lagi-lagi Open Source) gw pakai sebagai Content Management Systems. Gw beli buku yang kalau ngga salah judulnya "Membangun Website dengan CMS Mambo" di Gramedia seharga kurang dari Rp 50rb kumplit dengan CD source-nya. Sayangnya, source dan instruksi dalam buku mencontohkan instalasi di platform Windows.Dengan mudah, gw bisa langsung sukses menginstalasi Mambo CMS gw ke notebook gw yang berbasis Windows XP. Relatif mudah! Tapi dengan Mandrake, wuih, belum tentu!!! Jadinya gw repot sedikit, googling dan masuk ke website Mambo Portal dan cari instruksi instalasi untuk linux!

Problem yang ditemukan selama instalasi cukup 'menantang'. Karena saat instalasi Mandrake, gw udah sekalian install set Apache, php dan mysql jadinya untuk bagian instalasi lamp sudah bisa dilewati. Problem pertama: Mambo Installation, setelah file permission salah satu directory harus di'utak-atik' dulu (via console: 'chmod') baru Mambo gw sukses terinstall. Gw terbantu banget sama portal mambo user forum. Problem kedua: Web Server gw ngga bisa diakses sama orang luar. "You don't have permission to access this folder/Error 405" katanya! Setelah lama kutak-kutik file "httpd.conf", dan ".htaccess" akhirnya problem gw solve juga!!! Sekali lagi portal mambo user forum amat membantu.

Samba

Agar server gw bisa jadi file server, gw perlu samba service jalan dulu. Instalasi servicenya bisa dilakukan via Mandrake Control Center dan relatif mudah. Yang ruwet justru saat setting configurasinya. Setelah 3 hari gagal diakses dari jaringan kantor yang berbasis Windows 2000, setelah lama meng'utak-atik' file "smb.conf" dan setting Samba Server via webmin, akhirnya server gw bisa diakses oleh komputer lain yang berbasis windows 2000 dan XP via jaringan kantor. Fiuhhh !

Semua memang masalah kebiasaan.

Sampai sekarang server gw masih ok. Sekali ada problem "crash" karena memang disk-nya kepenuhan (maklum emang gw pakai pc bekas) dan gw perlu bantuan rekan gw yang memang System Administrator Unix di kantor untuk melakukan "maintenance via console" yakni menghapus file-file tidak perlu dari beberapa folder. Tapi secara overall, it is do-able and works fine!

Bagi yang punya basis Unix knowledge yang kuat dan terbiasa menjalankan command via console rasanya ngga bakal mengalami kesulitan yang berarti. Tapi, bagi Unix dummies kaya gw ... memang perlu 'penyesuaian' karena meski GUI Linux saat ini sudah relatif keren dan friendly, dalam beberapa kasus maintenance seperti contoh di atas, comment via console ngga bisa dihindari. Tapi, gw yakin ke depan tampilan dan ke-user friendly-an ini bakal teratasi dan makin banyak distro yang menyediakan kemudahan bagi usernya.

Di sisi lain, bagi administrator ataupun security practicioner, banyak aplikasi open source (yang juga free) untuk monitoring dan auditing yang tersedia yang bisa dipakai yang jalan di Unix base. Beberapa distro seperti Auditor, PHLAK dan Knoppix STD menyediakan set yang lengkap untuk kebutuhan monitoring, auditing dan hacking :-)

Kesimpulannya, masa depan linux di Indonesia amat potential khususnya bagi mereka yang cost concern!

Friday, March 03, 2006

Porno ... ngga porno, porno ... ngga porno :-)

Bali ancam merdeka, kalau RUU Pornoaksi diresmikan ...

wuiiih, 'out-of-the box' juga ya? Pasti yang punya ide pembuatan RUU ini ngga kepikiran reaksi masyarakat bakal se-extreme itu. Batas2 porno atau tidak kan memang susah di hitam-putihkan. Lha wong ada di kepala jeee ... :-)

Definisi porno seperti apa, sih? Apa semua yang telanjang pasti porno? Patung buatan Leonardo da Vinci yang kebanyakan telanjang juga porno ya?

Hihihi, menurut gw, selama belum ada 'lust-detector' yang bisa mendeteksi perubahan frekuensi otak (baca: peningkatan nafsu) ... percuma aja deh.

Sunday, February 05, 2006

DT Shows Reports on Detik.Com


Sabtu, 28/01/2006 07:37 WIBMengejar Dream TheaterMulai Hutang Kantor Sampai tinggalkan Istri HamilPuteri Fatia - detikHot

Penggemar Dream Theater (fta/hot)-->Singapura, Kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina, kejarlah Dream Theater sampai ke Singapura. Mungkin itulah pepatah penggemar Dream Theater. Demi menonton grup ini ada penggemar yang sampai ngutang dulu. Waduh!Berbeda dengan konser Backstreet Boys yang digelar di tempat yang sama beberapa hari sebelumnya, ada yang berbeda dari konser Dream Theater. Aura persaudaraan dan satu tujuan terlihat dari penonton yang datang.


Penonton yang datang ke konser ini umumnya adalah penggemar setia yang hafal betul tentang grup ini. Tak hanya sekedar lirik, tapi juga fakta sampai cara memainkan lagu Dream Theater.Dream Theater tak hanya sekedar idola tapi panutan idealisme dalam bermusik. Kepiawaian para anggota yang dinilai para penggemar di atas rata-rata band lain menjadi salah satu hal yang paling menarik dari band ini.

"Dream Theater unggul banget dalam hal teknik, penguasaan instrumen, konsep musik maupun lirik," ujar Sigit, seorang penggemar asal Indonesia ketika ditemui wartawan detikhot Puteri Fatia di Singapore Indoor Stadium, Jumat (27/1/2006).Sigit adalah salah satu penggemar yang kecewa grup cadas ini batal main di Jakarta. Namun perjuangan menonton langsung Dream Theater tak berhenti sampai disitu saja. Jika bisa mengejar ke negeri seberang, kenapa tidak?Demikian juga dengan Ari, adik Sigit. Untuk menonton konser ini ia meninggalkan istrinya yang sedang hamil menunggu di hotel.

Tak sedikit orang Indonesia yang ditemui di konser ini. Sebuah milis classic rock yang beranggotakan 500-an orang juga mengkordinir anggotanya untuk berangkat."Ada sekitar 30 orang dari kita yang berangkat. Tapi pisah-pisah," ujar Vivi, karyawan bank pemerintah yang menggunakan kaus bertuliskan 'When Dream Theater and Indonesia Unite?"Kaus itu dibuat karena kekecewaan Dream Theater yang batal main di Indonesia. Mereka tetap berharap suatu saat grup pujaannya berani bertandang ke Indonesia.

Lain lagi kisahnya dengan Jack dan Walter. Dua bule asal Australia itu pergi dengan budget minim dan semangat tinggi. Keduanya mengaku telah menunggu selama 10 tahun untuk bisa menyaksikan langsung Dream Theater. Makan pas-pasan dan hidup secukupnya tak masalah demi menyaksikan langsung grup dengan hits 'Octavarium' itu.

Indra penggemar asal Padang juga punya cerita sendiri. Untuk menyaksikan band pujaannya, Indra naik bus ke Batam dan menyebrang ke Singapura. Di Singapore Indoor Stadium inilah dia baru membeli tiket pertunjukannya."Tak taulah bagaimana jika tiket habis. Sudah habis pula uang untuk pergi kesini," tutur Indra.Tentu tak sedikit uang yang dihabiskan untuk menonton pujaan secara langsung di depan mata. Setidaknya minimal Rp. 3,5 juta harus diperas dari kantong.Namun para penggemar tak kehilangan akal. Berhutang pun tak masalah. "Kasbon kantor dulu. Nanti potong gaji," jelas Agung karyawan sebuah Bank Swasta Asing. "Saya masih pinjam sama kakak," timpal Indra.

Salah satu penggemar yang patut diacungi jempol adalah Koji Muraya asal Jepang. Saking gila Dream Theater, Koji rela mengikuti rangkaian konser '20th Anniversary Tour' dari Amerika, Canada, Korea, Jepang, hingga Singapura. Total, sudah 24 pertunjukan Dream Theater yang ia tonton.Namun pengorbanan tersebut sepertinya terbayar dengan setimpal. Semua keluar ruangan konser dengan senyum tersungging."Buat kita yang ngefans, ini seperti mimpi. Bisa ketemu langsung. Kadang masih nggak percaya kalau bisa nonton konser ini," imbuh Vivi semangat.

Ingin tahu seperti apa aksi-aksi mereka yang terekam dalam kamera. Simak foto-fotonya.

Friday, February 03, 2006

When My Dream and DT Unite

Sore itu, duduk dan melihat sendiri panggung yang akan dipakai untuk konser DT malam itu adalah seperti berada dalam mimpi. Tertutup oleh back-drop hitam, 4 speaker set di kiri dan kanan stage, indoor stadium Singapore yang megah ... ah, gw ngga pernah membayangkan bisa berada di sini.

Perjuangan menuju ke hari itu adalah sungguh2 perjalanan panjang. Mulai dari iming2 promotor bahwa DT akan mampir di Jakarta, pembatalan, memikirkan kemungkinan pergi ke Singapore, itung2 ongkos -compare2, nego ama istri (thanks Hon, you're the best!), hunting tiket (konser dan pesawat - thanks Bro Yoga and Didin, nice to do business with you guys!), persiapan konser -ngapalin lagu (salute untuk mas Gatot & Bro David Dewata for organize us), ambil kaos 'When Dream Theater and Indonesia Unite" (proficiat untuk Bro Andre Solucite), dan perjalanan Jakarta-Batam-Singapore Harbour Front bareng M-Claro Guys(meet Mr. Goh -you're the man!) - Indoor Stadium adalah momerable moment yang gak bakal gw lupa sampai tua nanti.

Nyampe di Stadium sekitar 18.30 langsung nyerbu loket SISTIC untuk exchange tiket. Abis itu nyerbu counter merchandise yang ada di bawah, tapi buset ... penuh banget. Ada kaos (black & white design tee), poster, and CDs official bootleg. Black tee langsung sold-out! Fortunately, karena gw sedang dalam mode 'back-packers' dan ngga bawa cash banyak, gw passed aja deh .... :-(

Tadinya gw pengen potret2 seperti yang pernah gw lakukan di Java Jazz, tapi ngga tau deh ... rasanya being here is an ultimate dream already, udah ngga punya keinginan laen. Gw ngga terlalu nafsu 'ngelolosin' digicam gw ke dalem. Gw pegang aja dah, lolos syukur... harus titip yo wis-lah. Sementara temen2 gw laennya pada pake trik2 khusus yang beberapa berhasil lolos ada juga yang ketangkep. Alhasil, security langsung memerintahkan gw untuk menitipkan digicam gw ke loker. Yo wis-lah ....

Di dalem, terkagum2 ama design di dalam stadium "wah, indo ketinggalan berapa tahun ya?". Meski duduk agak jauh (T04 berada di tribun belakang, persis depan panggung), tapi karena persis berhadapan di depan panggung bisa dapet full view dari panggung dan nangkep sound yang lumayan. Di sebelah kiri gw Bro Didin & Yoga. Ngga lama, kursi sebelah kanan gw terisi dan ternyata 2 orang indo dari Tebet. Yang satu udah 2x nonton show DT pas di Paris, wuih ! Depan gw, satu deret bule2 muda (tampang high school) ditemani seorang yang berumur -mungkin salah seorang orang tua dari mereka.

Lihat sekeliling, ngga terlalu penuh nih stadium. Konon kapasitasnya 8000 dan malam ini hanya terisi 4000, sayang ya ... coba di Jakarta. Eh, banyak juga "mahluk lucu" yang nonton lho ... Gw ngga yakin, apa mereka bener2 tahu apa yang mereka bakal tonton malam ini ... 'snob' kali ya :-)

Sambil nunggu, temen baru gw -yang duduk di sebelah- bilang setting di Sing ini lebih "minimalis" kalo dibanding pas di Paris dulu. Emang sih, gw agak kaget kok panggungnya "termasuk" minimalis gini? Entar gimana ya? Gak lama, tirai penutup warna item turun ... waaaa, pada tereak orang2 dikirain udah mau maen. Padahal crew DT lagi beres2. Tapi beneran lho ... minimalis bgt! Ssatu drum set Portnoy di tengah2 (double bass), 1 buah keyboards dan 1 lagi ngga tau apaan di kiri panggung milik Rudess, 2 buah stand microphone, effect punya Myung di kiri dan Petrucci di kanan, Speakers set di kiri dan kanan panggung, sisanya backdrop hitam. Gitu aja ....

Begitu sosok yang seperti Petrucci muncul di stage (meski belum maen, sepertinya lagi mastiin soundnya OK) penonton udah tereak2 ngga keruan. Pas jam 9, lampu dimatiin ... dan juedderrr !!!!! The Root of All Evil played. Backdrop gambar album Octavarium muncul, dan penonton VIP yang bayar Sin $150 pada semburat ke depan panggung .... hehehe.

pic: courtessy Bro David Dewata

======================================
Liputan konser saya cuplik aja dari tulisan Bro Sigit dr milis M-Claro (tulisan ini udah bisa merepresentasikan keadaaan di sono)

Urutan setlist lagu:

  1. THE ROOT OF ALL EVIL
  2. PANIC ATTACK
  3. A FORTUNE IN LIES
  4. UNDER A GLASS MOON
  5. LIE
  6. PERUVIAN SKIES dengan bumbu sedap Pink Floyd dan Metallica
  7. STRANGE DEJA VU
  8. THROUGH MY WORDS
  9. FATAL TRAGEDY
  10. 6D0IT PART 6: SOLITARY SHELL
  11. 6DOIT PART 7: ABOUT TO CRASH
  12. 6DOIT PART 8: LOSING TIME/GRAND FINALE
    ---15 min intermission---
  13. AS I AM
  14. ENDLESS SACRIFICE
  15. I WALK BESIDE YOU
  16. SACRIFICED SONS
  17. OCTAVARIUM dengan bumbu variasi keys Jordan
    ---encore---
  18. SPIRIT CARRIES ON (duh, stadium serasa mau runtuh)
  19. PULL ME UNDER segue into METROPOLIS PT.1

Performance Notes:
Mau bilang apa lagi ya? Bapak-ibu-mas-mbak-oom-tante ... sumpah deh,ini adalah band performance paling tight, paling perfect yang pernahsaya lihat selama ini. Edan. Bener-bener gila. Dan mereka juga lebih aktraktif ketimbang DVD Live At Budokan lho. Petrucci banyak gerak. Myung malah sampe nyebrang sayap. Berpose "Soneta" - Myung & Petrucci. LaBrie bantuin Jordan mencet keyboard. "The Camel" Portnoy, buset ludahnya muncrat bisa jauh bener, hehehehe. Solid. Semua ultra solid. Padahal gangguan teknis lumayan banyak juga. Sound tidak rata terutama di awal, yah okelah teknisinya mungkin masih puyeng kemaren abis melayani Backstreet Boys. In-ear monitor LaBrie sempat mati sehingga sangat mengganggu segmen "Intervals" dari lagu OCTAVARIUM. UntungPortnoy cukup kalem menghandle situasi ini.

Gear Notes:
Myung kelihatannya
stabil dengan Yamaha signature-nya. Kali ini ndak bawa Chapman Stick. Portnoy tampil minimalis setelah tampil ultra-over-the-top di era Train Of Thought dengan Siamese Monster-nya. Set kali ini lebih mirip era Images. Relatif simple. Petrucci setia dengan Music Man signature-nya juga. Double-neck 6-12ndak keluar. Untuk beberapa lagu menggunakan 7 string. Ada juga modelhybrid elektrik akustik dengan 3 tone control dan 2 switch. Yang menarik (barangkali ada yang bisa kasih pencerahan), ada satu gitar yang rasanya kok necknya panjang banget, dan posisi "neck" pickupnya aneh, agak di tengah. Sementara bridge-nya jauh banget di ujung,nyaris di pinggir bodi. Baritone guitar-kah ini??? Oh ya nanya lagi buat gitaris. Kayanya ndak ada model yang pake locking nut. How the hell did he stay in tune?? Apa lagi whammy bar diperkosa abis sepertidi solonya SACRIFICED SONS, I repeat, HOW THE HELL DID HE STAY IN TUNE??? Rudess, nah ini paling banyak mainan barunya. Sebagai konsol utamatetap Kurzweil K2600 yang di atasnya dipasangi Music Pad Pro,pedal-pedal di bawah. Rudess juga main lap steel, Fender FS52. YangPALING ASIK adalah mainan tergres yang baru dipamerkan di albumOctavarium, yaitu "keyboard masa depan", Continuum Fingerboard bikinanHaken Audio. Wuahhhhh keren broooo .... nikmati dia in action nyarisdi keseluruhan lagu Octavarium!!!

pic: courtessy Bro David Dewata

====================================
Well, begitulah sodara2 .. seperti yang laen, gw juga mengalami "keharuan dan kepuasan yang amat sangat" ! Bayangkan, gw udah upload lirik2 di PDA tapi ngga jadi gw liat karena ngga rela melepaskan pandangan dari panggung barang 1 detik pun! Berdiri, bernyanyi (tereak lebih tepat), dan mengepalkan tangan selama kurang lebih 3 jam. Itu pun masih kurang rasanya, andai mereka maen 1 malam lagi rasanya masih worth it untuk nonton lagi. Gileee .....

Capek tapi puas ... bener kata seorang rekan ,"tonight, we have raised the bar of our standards to watch the concert".

Thursday, January 19, 2006

Lisensi Program Komputer

Dicky I. Prasetia, CISA

Tahukah Anda bahwa sejak Juli 2003 telah berlaku Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 mengenai Hak Cipta? Dalam UU (biasa disebut UU HAKI) itu disebutkan, program komputer merupakan ciptaan yang dilindungi. Pada Bab II UU ini disebutkan pula bahwa Pemegang Hak Cipta berhak untuk memberikan izin atau melarang penggunaan Ciptaannya untuk kepentingan komersial.

UU No 19 Tahun 2002 tentang HAKI sebenarnya merupakan amandemen dari beberapa undang-undang sebelumnya. Bermula dari UU No 7 Tahun 1994 tentang Hak Cipta yang diratifikasi menjadi UU No 18 Tahun 1997. Pada undang-undang HAKI Tahun 2002 ini, sekarang sudah memasukkan unsur pidana kepada pemakai barang ciptaan orang lain secara tidak sah. Adapun ancaman pidana bagi pihak yang dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Penerapan UU ini lebih ditujukan untuk menekan angka pembajakan di Indonesia yang menurut laporan dari BSA (Business Software Alliance – konsorsium yang didirikan oleh produsen-produsen software untuk menegakkan hak cipta) berada di urutan ketiga teratas.
Lantas, sebagai pengguna apa saja yang perlu diperhatikan agar kita tidak melakukan pelanggaran terhadap UU ini?

Menurut ensiklopedi Wikipedia (http://www.wikipedia.org), secara ringkas program komputer yang telah dihakciptakan dan memiliki lisensi dikelompokkan dalam dua model besar lisensi; yaitu open source/free software dan closed source/proprietary. Perlu juga dicatat di sini bahwa tidak semua program komputer memiliki lisensi ataupun hak cipta. Sebuah program komputer dapat saja dipublikasikan tanpa disertai lisensi (biasa disebut License-Free Software), meski dalam hal ini tetap saja berhak cipta sehingga pengedarannya juga harus mengikuti aturan yang berlaku. Atau sebuah program komputer dapat juga dipublikasikan begitu saja kepada umum (public domain) yang dalam hal ini tidak dihakciptakan dan tidak pula berlisensi.

Free Software License, Open Source License dan Freeware

Penggunaan terminologi free software license dan open source license sering dipergunakan secara bergantian, meskipun sebenarnya terdapat perbedaan pada maknanya. Menurut Richard Stallman (pelopor Free Software Movement): “Free software berbicara soal kebebasan (freedom) dan bukan soal harga (price)”. Atau dengan kata lain, free software berarti bahwa pengguna komputer memiliki kebebasan untuk penggunaan dan pengendalian atas program komputer tersebut. Menurutnya, sebuah program komputer disebut sebagai free software apabila program komputer tersebut secara bebas dapat dipergunakan, diperbanyak, dipelajari, dimodifikasi dan untuk kemudian diedarkan kembali. Free software tidak selalu berarti gratis !

Secara umum sebuah program komputer digolongkan sebagai “Open Source” apabila telah mendapatkan persetujuan dari sebuah organisasi yang bernama Open Source Initiative. Open Source merupakan praktek dalam produksi dan pengembangan aplikasi dimana akses ke kode program diberikan kepada pengguna. Mengacu kepada pengertian free software seperti tersebut di atas, hampir semua program Open Source adalah juga free software.

Sebutan "Freeware" (free beer software) diberikan kepada program komputer yang gratis, akan tetapi, tetap tidak bisa dimiliki oleh pengguna (proprietary), karena pengguna tidak dapat secara bebas mempergunakan, memperbanyak, mempelajari, mengubah dan mengedarkan kembali. Kode program dari sebuah Freeware mungkin saja tidak dipublikasikan dan modifikasi atas program komputer tersebut mungkin saja tidak diperbolehkan. Winamp dan Acrobat Reader adalah contoh-contoh program komputer yang terkategori sebagai freeware.

Closed Source/Proprietary dan Shareware

Pada model lisensi Closed Source/Proprietary terdapat pembatasan-pembatasan (oleh pemilik program komputer tersebut). Pembatasan untuk penggunaan, penggandaan ataupun pengubahan program tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme teknis dan hukum. Secara teknis berarti pemilik program komputer hanya memberikan kode-kode biner (machine-readable binary) kepada pengguna, tapi tidak memberikan kode program yang bisa dibaca (human-readable). Sedangkan melalui mekanisme hukum dapat dilakukan melalui lisensi program, hak cipta dan paten.

Contoh yang paling tepat untuk menggambarkan model lisensi ini adalah produk-produk dari Microsoft (Sistem Operasi Windows, Microsoft Office, Visio, Microsoft Project, dll.)

Produk Microsoft mengenal 3 macam jenis lisensi:

  1. OEM (Original Equipment Manufacturer)
    Dijual secara paket (pre-installed) dengan perangkat keras saat pembelian desktop/notebook. Sebagai bukti kepemilikan lisensi, produk yang kita beli (baik desktop/notebook) akan dilengkapi dengan End User License Agreement (EULA), Certificate of Authenticity (COA) yang ditempelkan pada chasis produk ybs., CD media asli, manual (bila ada), serta invoice atau bukti pembelian.
  2. Retail atau Full Packaged Product (FPP)
    Dijual secara satuan pada toko-toko retail ataupun reseller Microsoft. Sebagai bukti kepemilikan, produk FPP yang dibeli akan dilengkapi dengan End User License Agreement (EULA), CD media asli, manual (bila ada), serta invoice atau bukti pembelian.
  3. Volume Licensing
    Pilihan ini biasanya ditawarkan kepada pengguna dalam satuan besar seperti perusahaan-perusahaan karena alasan ekonomis (dengan harga khusus) dan hanya dijual melalui Large Account Reseller (LAR). Pada Volume Licensing juga terdapat pilihan Open License (di atas 5 unit), Select License (di atas 250 unit) dan Enterprise Agreement (di atas 250 unit, standarisasi lisensi)

Istilah Shareware (demoware, trialware) adalah metode pemasaran program komputer dimana versi percobaan suatu program komputer dibagikan secara gratis (biasanya dapat di-download secara gratis dari internet ataupun berupa bonus CD dari majalah) kepada kepada pengguna. Pengguna dipersilakan untuk mencoba program komputer tersebut sebelum membeli. Biasanya waktu penggunaan program ini dibatasi (misalnya: 30 hari) dan setelah batas waktu penggunaan program tersebut lewat, program itu akan terkunci.


Sebagai Pengguna, Apa yang Perlu Kita Perhatikan?

Sebagaimana disebutkan di atas, saat ini UU HAKI hanya diberlakukan pada penggunaan program komputer untuk kepentingan komersial. Dengan kata lain, untuk sementara penggunaan program komputer untuk kepentingan pribadi dan pendidikan “masih diperbolehkan”. Namun demikian, untuk menghindari risiko terjadinya tuntutan hukum beberapa hal berikut patut diperhatikan saat akan melakukan pembelian komputer atau instalasi program komputer pada komputer Anda:

Tentukan tujuan penggunaan komputer Anda; apabila untuk penggunaan pribadi atau pendidikan, Anda masih bisa “berlega hati”. Paling tidak untuk saat ini. Apabila komputer tersebut Anda pergunakan untuk kepentingan komersial, Anda harus memastikan semua program yang terpasang pada komputer Anda telah berlisensi dan telah sesuai dengan End User License Agreement (EULA).

Pastikan Anda telah mendapatkan dokumen-dokumen resmi sebagai bukti pendukung kepemilikan lisensi pada saat melakukan pembelian desktop/notebook; Bila Anda membeli desktop/notebook sekaligus dengan aplikasi yang berbasis Windows didalamnya, selalu cek keberadaan stiker hologram Certificate of Authenticity (COA). Tapi ingat, COA itu hanya untuk Sistem Operasi. Anda masih perlu membeli lisensi untuk Microsoft Office dan aplikasi-aplikasi lainnya.

Selalu cek jenis lisensi sebelum melakukan instalasi sebuah program komputer pada desktop/notebook Anda; Perhatikan apakah program tersebut termasuk freeware, shareware, free software/open source ataukah proprietary.

Baca dokumentasi End User License Agreement (EULA) dari program komputer tersebut, perhatikan mana yang boleh dan mana yang tidak. Utamanya mengenai batasan penggunaan dan penggandaan. Usahakan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan tersebut.

Tuesday, January 17, 2006

Busway Deep Impact !

Siang ini denger radio Suara Metro, antrian tol kebon jeruk ke arah Tomang sudah 13 km! Berarti sudah lewat Gerbang Karang Tengah ... AAAAARRRRGGGGGHHHH!

*&&&^%%$$@%@$!%#$#@

Monday, January 16, 2006

BUSWAY KORIDOR II dan III

Resmi sejak kemaren 15 Januari 2006, koridor II dan III Busway diresmikan oleh Bang Yos dan pagi ini gw nyampe kantor jam 8.45 (shuttle gw berangkat 6.20) !

Perasaan gw udah ngga enak sejak Busway ini diuji-cobakan 3 minggu terakhir. Traffic light perempatan Tomang jadinya lebih cepat sehingga ujung antrian di Tol Kebon Jeruk bisa lebih dari 6 kilo! Worst-nya lagi, "contra flow" (tambahan jalur ngelawan arus) yang biasa gw lewati yang biasanya langsung bablas masuk underpass Tomang jadi dibelokkan lagi ke jalur utama di ujung lampu merah Tomang. Alhasil, antrian juga terjadi di contra-flow .... hiks. Dulu, kalo bawa mobil sendiri, via contra flow, gw berangkat dr rumah jam 05.38 bisa nyampe kantor 6.40an. Tapi sekarang mustahil ... !

Jadinya sekarang "underpass" jadi mubazir, kan? Padahal selama pembangunan yang lebih dari 1 tahun itu, pengguna tol kebun jeruk yang perjalanannya terganggu (baca: macet) terus diberi janji surga bahwa underpass ini adalah solusi. Janji itu sempat bener sih, sampai Busway ini beroperasi.

Jalan Raya Tomang yang hanya 3 jalur diambil 1 jalur tinggal 2 jalur. Wuih, tetangga gw bilang dari Tomang mau masuk tol kebun jeruk bisa antri sampai 1 jam! What a waste of fuel, kan?

Apanya ya yang salah? Busway-nya sendiri ngga salah, kan? Gimana caranya memindahkan orang2 yang pake mobil pribadi ke Busway? Khususnya yang commuter2 dari kota2 sekitar Jakarta ini. Feeder Busway sekelas shuttle bus komplek2 perumahan seperti Citra Raya, Kota Wisata, Lippo dll. harus diperbanyak. Kereta Api eksekutif harus ditambah. Tapi, kebijakan pengendalian mobil yang beredar harus juga dilakukan. Berani ngga kita ngurangi produksi mobil dan motor? Ide melarang kendaraan bermotor melalui jalan utama yang usianya lewat dari 5 tahun patut didukung.

Bang Yos bilang, 2010 Jakarta traffic stuck! Sepertinya iya, kalo kita ngga melakukan apa-apa. Mulai dari diri sendiri aja. Naek shuttle 3 kali seminggu. Itung2 ngurangi mobil beredar.

Ayo ...

Monday, January 09, 2006

Countdown to DT Concert, 27 January 2006 - a warming up

Sebagai pemanasan untuk persiapan nonton konser DT 27 Jan 2006 nanti, berikut adalah komentar gw untuk tiap2 albumnya ... yg gw punya tentu aja. Urut dari album yang pertama sampai album yang paling akhir gw denger. Subjective ... of-course ! Tapi Anda2 dilarang protes, silakan aja nulis sendiri kalau ngga setuju :-)

WHEN DREAM AND DAY UNITE

CD ini gw beli belakangan, pas ada kesempatan dinas di Kuala Lumpur tahun 2000. Saat itu, di Indo susah banget carinya. Gw beli karena harus punya aja, gara-gara pengen tau seperti apa vokalis Charlie Dominicci itu. Eh, ternyata seperti dengerin vokalis2 heavy metal yang melengking2 ... hiiiiii. Lagu Unggulan: "Ytse Jams" dan "Killing Hands"

IMAGES AND WORDS

Ini album pertama DT yang gw denger. Masih bentuk kaset. Dapet minjem lagi dari temen (thanks untuk Dede, Iman, Hananto dan Agung). Bolak balik diputer, dibalikin terus pinjem lagi, hehe. Gila banget ni group, pikir gw waktu itu. Saat gw bosen dengan heavy metal, American Hard-Rock dan Glam-rock yang saat itu lagi tren, eh ... ada juga band 'gila' yang menggabungkan progressive music ala Yes, heavy metal ala Iron Maiden, dengan vokalis yang punya warna suara seperti Geoff Tate (QR) dan Bruce Dickinson (Iron Maiden) pula! Full technique, ruwet, penuh sinkop, durasi lagu yang panjang2 dan 'ketukan' not yang ngga biasa ... dan gitarisnya sangar abis. This is what I have been looking for .... ! Yang paling dulu 'nyantol' tentu aja "Another Day" yang super melodius dengan iringan saxophone dari Jay Beckenstein (Spyrogira), kemudian "Pull me under" baru diikuti lagu2 lain. Lagu unggulan: "Another Day", "Metropolis pt.1", "Surrounding" dan "Learning to Live".


Belakangan, saat gw sempat jalan2 ke Singapore, gw beli CD Bootleg live version dari album ini. Kualitas recordingnya jelek banget, tapi lumayan bisa denger "Another Day" dibawain live.

AWAKE

Album kedua yang gw denger. Pertama kali di-copy-in sama teman satu kantor di KAP Supoyo (namanya Bayu) dalam format kaset. Kaget juga pas dengernya. Lha kok metal abis, serasa dengerin Metallica versi prog-nya. Full "ejeg-ejeg" .... :-) Sekali 'spin' ngga langsung 'nyantol'. Jadinya lama ditaruh aja di rak kaset. Baru beberapa bulan kemudian cobain denger lagi, eh ... kok dapet. Lagu unggulan: "Erotomania", "Lifting Shadows-off a Dream", "Silent-Man", dan "Space Dye-Vest". Album terakhir Kevin Moore gabung dengan DT.



LIVE AT THE MARQUEE

Pas maen ke rumah temen (Erry Susetyo di Krg. Wismo, Sby) dikasih tau kalo ada yang punya versi live DT. Wuih ... Langsung gw minta dicopy-in. Format kaset. Belakangan ternyata ini adalah Live at The Marquee. Kualitas rekamannya OK, mostly mainin lagu2 di "Images and Words" dan sedikit "When Dream and Day Unite". Sering banget gw dengerin ... one of their best performance, sayang, no "Another Day".


A CHANGE OF SEASONS

Kaset ketiga yang gw beli. Berisikan satu epic "A Change of Seasons" di side A dan live Cover version di side B. ACos adalah lagu terpanjang dari DT pada saat itu (sekitar hampir 20 menit), terdiri atas beberapa bagian. Gw paling suka intronya. Belakangan gw baru tahu kalo lagu ini direkam saat recording "Images and Words". Direlease atas banyaknya permintaan penggemar. Side B berisikan rekaman performance mereka membawakan lagu2 orang dengan style tetap DT. Gw paling suka "Archilles Last Stand"nya Led Zepplin dan "Perfect Stranger"nya Deep Purple.

FALLING INTO INFINITY

Entah karena pengaruh musik dari keyboardis baru mereka (Derek Sherinian) atau karena apa, musik mereka di album ini jadi terasa berbeda dengan album2 mereka terdahulu. Ngagetin juga ... bagi sebagian orang mungkin terasa kurang 'nge-prog' ! Buat gw sih "Trial of Tears" dan "Hells Kitchen" tetap kupingable. Ada dua track yang tergolong mellow di album ini yaitu "Hollow Years" dan "Anna Lee" yang potensial untuk menjadi hits MTV (hehe). But still, definitely bukan album terbaik mereka, IMHO...




ONCE IN A LIVE TIME

Rekaman Live dan double CD (Mahal bo'). Mostly direkam pas live show mereka di Europe. Ngga terlalu bagus kualitas soundnya dan vokal Labrie 'dicerca' abis di record ini. CD yang paling jarang gw dengerin. Masih lebih menarik nonton versi DVD "Five Years in a Live Time" utamanya saat jam session bareng vokalisnya Napalm Death, Marillion dan Steve Howe dari Yes.




SCENES FROM A MEMORY - METROPOLIS PART TWO

This record rules! DT with a concept album ... who ever think of that. T O P abis! Memperkenalkan keyboardis baru mereka Jordan Rudess -pernah maen bareng Petrucci dan Portnoy di Liquid Tension Experiment project- yang IMHO merupakan 'the missing piece' menjadikan album ini menjadi sangat layak koleksi. Seolah kita dibawa nonton film, diayun2 dengan irama yang mellow, kenceng, amat kenceng, pelan, terus naik, slow lagi, dan seterusnya. Istri gw aja suka ama beberapa lagu di album ini. Gw juga berhasil memperkenalkan DT pada rekan2 gw di EY (Wiwin dan Yanti) berkat album ini. Lagu unggulan gw: Regressions, Home, Spirit Carries On, dan Finally Free. Eh, hampir semua lagu enak dink!

Gw juga dapet copy-an Live Scenes From New York dalam format mp3 (thanks to Bro Andrew Linggar). Cover CD ini sempat ditarik dari peredaran karena ada gambar WTC towernya.


Live DVD-nya juga TOP abis. Bagian I merupakan full version dari CD-nya, dan bagian II merupakan versi live dari "A Change of Seasons", "Erotomania", dan "Learning to Live".


SIX DEGREES OF INNER TURBULENCE

Gw paling benci ama double CD ... bikin bangrut :-( Belinya bela2in order ama Music + di Sarinah. Begitu dapet, ritual buka plastik segel, spin CD 1 ... lha kok ngga 'nyantol' ya? Rasanya musiknya rada2 berbau rock alternatif ala limp bizkits, hehe. Tapi "Misunderstood" dan "Dissappear" langsung bisa diterima. Pas spin CD 2, dibuka ama "Overture" ... wuih, ini dia musiknya DT! Angkat topi buat Jordan Rudess yang berhasil memberi nada2 unik semi orkestra di musik DT. Lagu unggulan: "Overture", "Dissapear" dan "Goodnight Kiss" ... ih, lagu ini lirik dan solo gitarnya bikin mrebes mili dan merinding. Kisah ibu yang terpisahkan dengan anaknya karena gila, hiks.


TRAIN OF THOUGHTS

Pas masa tunggu pembuatan ToT ini, sempat denger berita kalau DT maenin lagu2 Iron Maiden dan Metallica 'Master of Puppets". Perasaan gw ngga enak nih ... heheh (ikutan Tora Sudiro). Ternyata beneran! Album ToT ini metal abis. To be frank, gw gak terlalu "tune-in" ama album ini. Bau Metallica-nya kentel banget. Dengerin intro "Endless Sacrifice" jadi ingat "Sanatorium (Welcome Home)" ... wah, mereka bener2 inspired nih... Tapi, "Stream of Consciousness" (bener ngga ya nulisnya?) enak banget. Lagu unggulan: As I Am, Endless Sacrifice, Stream of Consciousness.


DVD Live in Budokan dirilis, dan of-course gw beli bajakannya :-) Mostly membawakan lagu2 dari ToT dan 6DoIT. Tapi tampang Labrie agak aneh di video ini ... kurus atau sakit? Instrumedley-nya gila abis ... dari "Regression" sampai "Paradigm Shift" dibawain. Seru juga lihat si Jordan Rudess bisa menghasilkan musik serame itu hanya dari 1 set keyboard Kurzweill-nya :-)


OCTAVARIUM

Lagu pertama yang 'nyantol' adalah "The Answer Lies Within" yang mellow. Disusul oleh "Octavarium" yang intronya Pink Floyd banget. Secara overall, musiknya mirip2, heheh. Oya, pas "I Walk Beside You" cengkok si Labrie mirip banget ama Bono U2. Lagu unggulan: Octavarium, Sacrified Sons, The Answer Lies Within, Never Enough.


Thursday, January 05, 2006

BLT !

Seminggu ini lagi ramai-ramainya pembagian BLT yang kedua. Di semua TV dipertontonkan antrian panjang dan "kericuhan kecil" yang terjadi saat pembagian. Diberitakanbahkan ada kepala desa yang nyaris bunuh diri akibat "tidak kuat" menahan tekanan dari atas-bawah-samping soal siapa2 yang dikategorikan "berhak" menerima rejeki nomplok ini .... hehehe

Dulu saat gw ikutan kuliah persiapan "Kuliah Kerja Nyata" selalu ditekankan soal pemberian "pancing" bukannya "ikan" kepada warga desa dengan segala macam reasoningnya. Setelah sampai di lapangan, ternyata cara untuk mendapatkan simpati yang paling efektif adalah memang pemberian "ikan". Ini gw alami sendiri .... setelah tim kita ngalah memberikan "ikan" terlebih dulu, barulah warga desa bersimpati dan mau mendengarkan "pancing" yang kita berikan. Nah .... !

Pembagian BLT ini mungkin cara paling efektif untuk meredam gejolak yang mungkin terjadi akibat kenaikan gila2an BBM yang mengakibatkan inflasi (see my other post re: BBM) dan untuk mendapatkan simpati bagi pemerintah. Ngga peduli dikritik kiri dan kanan ... "khan gw udah kasih kompensasinya ke kalian ... " heheh. Timbul masalah baru yang ngga kepikir saat keputusan itu dibuat seperti yang gw sebut di atas. Yang jadi korban akhirnya petugas pendata, kepala desa, lurah, camat, RT, RW de el el.

Gw lebih prefer dana tersebut dialokasikan ke sekolah2. Supaya pendidikan jadi murah dan terjangkau oleh masyarakat banyak. Konsep sekolah negeri dan swasta benar2 dioptimalkan. Jumlah sekolah negeri (bersubsidi) diperbanyak dengan biaya terjangkau (lebih bagus gratis ...). Tapi jangan lupa standar pendidikan agar mutu lulusannya ngga memble. Yang punya uang lebih, ngga puas dengan sekolah negeri silakan sekolah ke sekolahan yang lebih mahal (swasta).

Ah, I wished pendidikan di negara kita murah dan terjangkau bagi semua orang. I believe itu basic dari semua hal yang ada. Ketidakberesan kita mengelola pendidikan di negeri ini melahirkan orang-orang yang tidak "kebagian" pendidikan akan semakin tersisih dan berpotensi menjadi sumber masalah/penyakit sosial (pengangguran, kejahatan, kemiskinan, pelacuran, dst.)